Perempuan Yang Hampir Terlupakan

“ Behind every great man, there’s a great woman”

Siapa tokoh perempuan favorit Anda di Alkitab? Ester? Maria ibu Yesus? Ruth? Bila dibandingkan dengan banyaknya laki-laki yang Tuhan panggil sebagai pemimpin, bisa jadi ingatan akan keberadaan perempuan-perempuan yang juga berperan besar dan memang Tuhan pilih untuk mengerjakan pekerjaan-Nya akan semakin kecil. Kalau disuruh menyebutkan pria, pastilah kita tidak perlu berpikir keras. Sebutlah Musa, Yosua, Daniel, Daud, Samuel, Paulus, dan masih banyak lagi. Dan cerita-cerita kepemimpinan mereka sudah dijadikan dongeng pengantar tidur yang dibacakan setiap malam. Belum lagi lagu-lagu yang menggambarkan setiap karakter itu membuat eksistensi mereka semakin melekat.

Tapi lagi-lagi, kalau sudah bicara soal perempuan, jarang sekali keberadaan mereka ini dibahas secara utuh dalam sebuah cerita. Tidak merupakan pemain utama, lebih seperti aktris pendukung tapi tidak dapat Oscar. Padahal cukup banyak perempuan-perempuan hebat dan tangguh di Alkitab, yang kalau Tuhan tidak memilih mereka ini, entah bagaimana jadinya cerita berikutnya. Well, meskipun Tuhan tidak bekerja dengan cara pikir kita ya, tapi lagi-lagi, betapa kerennya pemikiran Tuhan kita, yang pada masa itu feminism belum dikenal, Tuhan sudah memilih perempuan untuk jadi perpanjangan tangannya.

Coba kita bahas perempuan-perempuan berikut ini.

1.Ibu dan kakak Musa serta putri Firaun (Keluaran 2 : 1 – 10 ): Perempuan penyelamat calon pemimpin bangsa Israel di masa depan

Di Keluaran 1 telah digambarkan bagaimana bangsa Israel telah bertambah banyak dan dengan dasyat berlipat ganda sehingga negeri Mesir dipenuhi oleh mereka. Ada seorang raja baru memerintah tanah Mesir dan tidak mengenal Yusuf. Bangsa Israel mulai ditindas dengan kerja paksa. Namun karena bangsa Israel terkenal ‘stubborn’ – keras kepala, makin ditindas makin berkembang dan makin banyak mereka. Orang Mesir lalu berupaya lagi memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang lebih berat. Raja Mesir juga memerintahkan bidan-bidan Mesir, Sifra dan Pua, untuk membunuh bayi laki-laki Israel yang baru lahir. Tapi karena mereka takut Tuhan, mereka tidak membunuh bayi-bayi laki-laki Israel yang baru lahir (Kel 1 : 15 – 19).

seesaydo.org
seesaydo.org

Sampai kepada peran ibu dan kakak Musa (Kel 2: 1-10). Musa kecil sudah 3 bulan disembunyikan sejak lahir mengingat perintah Firaun yang menyuruh orang Mesir melemparkan setiap bayi laki-laki Israel yang baru lahir ke sungai Nil. Karena kuatir tidak bisa menyembunyikan Musa kecil lebih lama lagi, sang ibu berpikir keras untuk menyelamatkan anaknya. Lihatlah betapa cerdasnya perempuan ini: dia mengambil sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter. Dia memikirkan segala aspek untuk menyelamatkan putranya, termasuk kelayakan dan kekuatan peti itu agar tidak tembus air dan tidak tenggelam. Lalu dia letakkan Musa kecil ke dalam peti dan dan menaruhnya di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil. Tidak berhenti di situ, sang ibu menyuruh anak perempuannya, kakak Musa, untuk mengawasi peti itu dari jauh, kalau-kalau sesuatu terjadi dengan peti itu. Kalau melihat kecerdasan sang ibu dengan menyembunyikan Musa kecil dan peti, sepertinya memang dia sudah merencanakan ini dengan baik dan penuh ketelitian. Dia sudah memikirkan pilihan terakhirnya untuk menyelamatkan putranya dari kekejian Firaun adalah justru dengan ‘menyelundupkan’ Musa kecil ke bangsa Mesir itu sendiri. Untuk itulah dia sudah mengamati siapa dari pemerintahan Firaun yang bisa menyelamatkan putra kecilnya. Dan dia mendapatkan kunci utamanya, putri Firaun. Pastinya, dia sudah mengamati bagaimana perilaku dan kebiasaan sehari-hari sang putri yang penuh belas kasihan dan murah hati bahkan lokasinya mandi. Dan benarlah ia berbelas kasihan melihat bayi dalam peti itu. Meski putri Firaun sudah menduga bahwa bayi itu pasti bayi orang Ibrani, ia tetap mengambilnya.

Selanjutnya, peran kakak Musa semakin terlihat. Dia yang sudah mengamati dari jauh, mendekati sang putri dan mengusulkan untuk memanggil seorang pengasuh untuk bayi itu. Dibutuhkan keberanian besar untuk mendekati dan trik berkomunikasi level tinggi untuk berbicara seperti itu kepada anggota kerajaan. Apalagi dengan kondisi bangsa Israel tengah ditindas. Keberaniannya membuahkan jawaban luar biasa. Putri Firaun setuju. Maka ibu Musa dipanggil dan diminta oleh putri Firaun menyusui Musa kecil untuknya. Apa yang terjadi berikutnya adalah berkat melimpah dan bonus yang luar biasa. Ibu Musa akhirnya bisa berkumpul lagi dengan Musa kecil dan bisa menyusuinya kembali itu sudah merupakan berkat melimpah di tengah-tengah kondisi mengerikan saat itu, dimana banyak ibu-ibu Israel yang kehilangan bayi-bayi laki-laki mereka. Eh, berkat itu ditambah lagi dengan si putri Firaun yang memberikan upah bagi ibu Musa yang ‘menyusui Musa kecil’ baginya (Kel 2: 9). Ini adalah bonus! Anda, seorang ibu, dibayar pemerintah untuk menyusui bayi Anda!

Bukankah Tuhan kita luar biasa? Tidak bisa dibayangkan akan seperti apa jalan ceritanya kalau Tuhan tidak memilih ibu dan kakak Musa berbuat demikian dan kalau putri Firaun masa bodoh aja dengan bayi dalam peti itu. Dia bisa saja berpikir ‘ini kan bayi orang Ibrani, biarin aja mati, bikin negeri saya makin repot’. Tapi tidak, dia memilih membesarkan bayi itu. Sekali lagi karena Tuhan memilih perempuan-perempuan ini untuk menyelamatkan seorang calon pemimpin bangsa Israel. Dan lihatlah, kehidupan dan kepemimpinan Musa mungkin adalah salah satu yang paling panjang diceritakan, 4 kitab mulai dari kitab Keluaran hingga Ulangan. Di Ulangan 34: 10 -12 disebutkan, setelah Musa meninggal, tidak ada lagi nabi yang bangkit di antara orang Israel dalam segala tanda dan mujizat, yang dilakukannya atas perintah Tuhan di tanah Mesir terhadap Firaun dan semua pegawainya dan seluruh negerinya, dan dalam hal segala perbuatan kekuasaan dan segala kedahsyatan yang besar yang dilakukan Musa di depan seluruh orang Israel. Coba kita perhatikan sekitar kita, mungkinkah ternyata banyak perempuan yang kalau diingat-ingat lagi, tanpa mereka apa jadinya cerita kehidupan kita. Mereka inilah yang Tuhan pilih sebagai aktris pendukung, yang sangat jarang kena spotlight apalagi dapat Oscar, yang keberadaannya justru menghidupkan pemeran utamanya.

2. Perempuan sundal yang menyembunyikan 2 pengintai suruhan Yosua (Yosua 2)

Yosua menyuruh 2 orang pengintai masuk ke kota Yerikho untuk mengetahui bagaimana situasi disana. Mereka sampai di sebuah rumah perempuan sundal bernama Rahab. Pelacur disebut juga sebagai sundal karena perilaku itu begitu buruk dan hina dan menjadi musuh masyarakat. Mereka dianggap melecehkan kesucian agama dan diseret ke pengadilan karena melanggar hukum. Perempuan sundal dianggap kasta paling rendah dan hina. Kenapa kedua orang pengintai ini harus berakhir di rumah perempuan sundal ini? Apa tidak ada yang lain yang lebih layak? Karena kalau dipikir-pikir, perempuan sundal-lah yang selalu membuka hati dan pintu rumahnya untuk orang asing bahkan ditengah malam sekalipun, meskipun alasannya demi uang.

wwwdotjwdotorg
Tuhan memandang dengan kacamata yang berbeda. Siapa saja, bahkan yang paling hina, bisa Dia jadikan ‘asisten-Nya’. Ternyata Rahab adalah perempuan berhati baik dan tidak semuanya melulu karena uang. Bisa saja dia berpikir ‘sudah cukup berat rasanya dengan pekerjaan ini, kalau raja tahu saya menampung musuh negara habislah mata pencaharian saya’ lalu menolak menampung kedua pengintai itu. Tapi tidak, Rahab menyembunyikan mereka di bawah timbunan rami di sotoh (atap) rumahnya. Dari Rahablah kedua pengintai ini mengetahui situasi kota Yerikho, bagaimana penduduk negeri itu telah mendengar kabar bahwa Tuhan memang benar menyertai Musa dan orang Israel sejak dari Mesir dan mereka gemetaran dan tawar hati menghadapi orang Israel karena Allah orang Israel berkuasa atas langit dan bumi: Allah di langit di atas dan dibumi di bawah (Yos 2: 8-11). Informasi dari Rahab ini membuat kepercayaan diri kedua pengintai itu naik dan bercerita pada Yosua bahwa negeri itu sudah diserahkan Tuhan kepada orang Israel.

Ada hal yang menarik dari Rahab. Sebelum kedua pengintai itu pergi, dia meminta semacam balas budi kepada mereka untuk menyelamatkan dirinya dan keluarga super besarnya dari maut yang dalam beberapa hari lagi akan menghabisi negeri itu dan semua isinya (Yos 2: 12-13). Ini menunjukkan apa yang dilakukan seseorang tidak sepenuhnya menunjukkan siapa dirinya. Namun bagaimana ia mempelakukan orang lain itulah yang menunjukkan jati diri seseorang. Pekerjaannya memang hina tapi dia punya hati yang luar biasa baik. Bukan hanya dirinya, Rahab meminta ayah ibunya, saudara laki-laki dan perempuan dan semua orang-orang mereka diselamatkan. Begitulah, kebaikannya berbuah manis. Yosua bahkan menyuruh menyelamatkan semua kaumnya yang sudah berkumpul di rumah Rahab diselamatkan dan memberi mereka tempat tinggal di luar perkemahan orang Israel (Yos 6: 22-23).

Bukan tanpa alasan Tuhan seringkali memilih perempuan untuk jadi ‘a great woman’ dibalik pemimpin besar yang Dia tunjuk. Kalau dihubungkan dengan masa sekarang, dimana dunia sepertinya semakin kejam pada perempuan – pemerkosaan, kekerasan dalam rumah tangga, dan lain-lain – ini adalah saatnya kita menilik kembali bagaimana seharusnya memperlakukan perempuan sebagaimana Tuhan selalu bersikap adil pada perempuan dari sejak Adam dan Hawa diciptakan. Di Kejadian 2 : 18 disebut ‘Tuhan Allah berfirman: Tidak baik kalau manusia itu (Adam) seorang diri saja. Aku akan menjadikan PENOLONG baginya, yang SEPADAN dengan dia.’ Itu dia! Tuhan sendiri yang menjadikan perempuan itu SEPADAN dengan laki-laki. Itu sebabnya Dia membuat perempuan itu selalu punya peran besar di awal-awal kehidupan sampai sekarang. Dengan kemajuan teknologi dan pendidikan, seharusnya kita bisa membangkitkan perempuan-perempuan hebat, bukan sekedar pendukung tetapi pemeran utama, dimulai dari keluarga kita, anak-anak perempuan kita. Perempuan yang bisa membuat keputusan untuk diri sendiri dan duduk setara dengan pria berperan besar, dalam banyak kasus di Indonesia, menarik diri dan keluarganya dari jeratan kemiskinan dan pengaruh ’penyakit-penyakit sosial-ekonomi-budaya’.

Tebet, ditulis beberapa hari sebelum Hari Perempuan Sedunia 8 Maret

4 thoughts on “Perempuan Yang Hampir Terlupakan

  1. Halo Eda… senang deh dapat bacaan di hari Minggu ini, makasih sudah berbagi ya. Aku hanya bisa mbayangin bagaimana cerdik dan pintarnya ketiga perempuan di atas… Ibu, kakak musa serta Rahab. Dan di masa yang sama, tergambar juga sosok baik dan bijaksana seorang putri Firaun yang cantik itu. Lengkap.

    Dan satu hal lain, bahwa Tuhan berpihak pada orang yang lemah namun sungguh-sungguh mengandalkan Tuhan. Sedih melihat dunia saat ini yang cenderung memperlakukan perempuan tidak seperti yang Tuhan inginkan pada awalnya, seperti kata “sepadan” yang sudah dikatakan sedari awal.

    Like

  2. Thanks commentmu Ly. Indeed, aku sendiri sampai sekarang masih terus berjuang melawan sebagian ‘dampak buruk’ patriarki ini, apalagi kalau bicara adat dan tradisi. Fiuuhh…
    And I’ve read it! :D, and you got me by describing how she felt during that short moment. Di Alkitab tidak dijelaskan secara detail, kita hanya bisa mencoba berempati dgn keadaan saat itu, dan mengira-ngira, ‘jika itu terjadi pada saya, kira-kira apa yang akan saya lakukan’. As you said, great minds think alike. thanks for sharing it. 😀

    Like

  3. Bener Vin, di Alkitab memang banyak banget tokoh laki-laki dan memang wajar karena zaman itu memang laki-lakilah yang lebih punya peran di masyarakat (di banyak tempat di dunia ini, masih sih sampe sekarang – yang mengingatkanku akan begitu tuanya patriarki). Mungkin Alkitab juga dicatat oleh para lelaki, sebab merekalah yang sempat belajar baca tulis. Tapi benar, bukan berarti perempuan absen sama sekali. Dan aku senang kamu berbagi cara baca Alkitab dari perspektif perempuan.
    Aku juga kagum dengan kakak perempuan Musa khususnya. Btw, zaman masih di Compassion dulu aku pernah tulis blog berjudul Kakak Perempuan Musa: http://jepunkuning.wordpress.com/2012/01/20/kakak-perempuan-musa/
    Please read if you have time.. Great minds think alike 🙂

    Like

Leave a comment